Mandi Matahari Cegah Penyakit Jantung


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Terlalu banyak berdiam di dalam rumah atau kantor bisa membuat Anda mengalami bermacam penyakittermasuk jantung akibat kekurangan vitamin D. Tapi dengan mandi matahari di pagi dan sore hari penyakit jantung bisa dicegah.

Penyakit jantung, stroke, kanker merupakan penyakit mematikan yang telah membunuh jutaan orang di dunia, termasuk Indonesia.

Tapi menurut dr Phaidon L Toruan, MM dengan mandi atau berjemur matahari di bawah jam 10 pagi atau setelah jam 15 (jam 3 sore) bisa menjadi salah satu cara mencegah penyakit mematikan tersebut.

Perlu diingat jam aman mandi matahari di atas, dan sebaiknya hindari berjemur matahari antara jam 10.00-14.00 karena paparan ultra violet dari sinar matahari pada waktu tersebut termasuk paling tinggi dan memiliki solar energy sangat besar.

Mengapa mandi matahari pagi dan sore bisa mencegah penyakit jantung?


dr Phaidon menuliskan bahwa matahari merupakan sumber utama untuk vitamin D. Melansir apa yang dikatakan John Jacob, pendiri Vitamin D Councel, menurut dr Phaidon berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D memainkan peranan dalam berbagai macam penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, hipertensi, penyakit autoimun, diabetes, depresi, arthritis, osteoporosis, dan banyak lagi.

Apalagi lanjut dr Phaidon, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Giovannucci dan rekan yang dipublikasikan pada Archives of Internal Medicine bulan Juni 2008. Penelitian itu menunjukkan bahwa pria dengan kadar vitamin D rendah memiliki risiko 2,42 kali lebih besar terkena serangan jantung.

Data American Heart Association tahun 2008, di Amerika Serikat menunjukkan setiap tahun terdapat 920.000 orang terkena serangan jantung dan 157.000 orang diantaranya meninggal karena serangan jantung. Tren ini sudah mulai diikuti oleh Indonesia, terlihat dari angka kematian akibat serangan jantung semakin meningkat.

"Kalau kita menggabungkan kedua data tersebut, maka seandainya status vitamin D diperbaiki, maka jumlah kematian yang bisa dicegah mencapai 92.500 orang. Lumayan. Bayangkan apa artinya kalau semua kematian yang bisa dicegah tersebut adalah para eksekutif, professional, pejabat yang berpengaruh. Cuma gara-gara vitamin D saja," jelas dr Phaidon seperti dikutip dari tulisannya, Kamis (3/2/2011).

Menurut dr Phaidon, vitamin D juga ternyata berperan besar dalam mencegah kanker. Dalam suatu penelitian, Holick dan rekan menemukan bahwa wanita yang mengalami kekurangan vitamin D, mengalami peningkatan risiko terkena kanker usus sebesar 253 persen.

Selain itu, vitamin D juga ternyata mencegah stroke. Pada suatu penelitian yang dipublikasikan bulan September 2008 di jurnal Stroke, meneliti 3316 pasien yang dicurigai memiliki masalah dengan arteri koroner selama 7,75 tahun. Hasilnya, ternyata untuk setiap penurunan kadar vitamin D, terdapat peningkatan risiko stroke sampai 86 persen.

"Kadar vitamin D yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kadar vitamin D dalam darah 25(OH)D yang kadar normalnya adalah sekitar 30-50 ng/ml," jelas dr Phaidon yang juga merupakan sports scientist Badan Tim Nasional PSSI 2010.

Secara teknis, lanjut dr Phaidon, vitamin D sebetulnya bukanlah vitamin. Menurut struktur kimianya vitamin D memiliki bentuk sendiri. Produk turunan vitamin D, calcitriol, sebetulnya adalah secosteroid hormone, yang merupakan kunci untuk membuka gembok genom manusia. Genom manusia memiliki 2.700 situs ikatan untuk calcitriol, yang semua situs ikatan ini terlibat dalam hampir semua penyakit utama manusia.

Bagaimana solusinya?


Untuk orang di negara 4 musim yang jarang kena matahari, sebaiknya mengkonsumsi 1000 IU vitamin D di musim dingin dan saat tidak ada matahari. Sedangkan bagi yang tinggal di Indonesia cukup dengan mandi matahari, sambil jalan pagi.

"Hanya dengan 20-30 menit mandi matahari, kita sudah mendapat 10.000 IU vitamin D. Gratis dari Tuhan. Efek lainnya adalah pembakaran lemak tubuh yang optimal apabila kita berjalan pagi dengan perut kosong," lanjut dr Phaidon.

Menurut dr Phaidon, sangat memprihatinkan bila orang yang tinggal di daerah tropis dengan berlimpah sinar matahari harus kekurangan vitamin D, khususnya yang tinggal di perkotaan.

"Saat ini kita yang hidup di negara tropis malah kekurangan vitamin D, akibat terlalu banyak berdiam di kantor atau ruangan tertutup. Saat berangkat menggunakan mobil atau kalaupun memakai motor, banyak mengenakan jaket sehingga tidak terkena paparan matahari," tutup dr Phaidon.


Sumber

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar